Selasa, 17 November 2009

Suka Duka Di Taman Hidup -Kisah pak Tua “ngGacor”

Cerita ini bermula dari sekedar basa-basi dan omong kosong, hingga pada akhirnya muncullah perdebatan dengan pak tua.

“Kamu itu tahu apa le? Kamu itu masih bocah! Aku lebih berpengalaman daripada kamu!” Begitulah jika ia menasehatiku. Dalam hati aku hanya bisa berkomentar “Sudahlah pak tua, zaman sudah berubah, bukan waktunya lagi berandai-andai dengan masa lalu. Itu dulu, ceritamu hanya pada zamanmu. Tidak mesti selalu benar di masa kini. Lihatlah realita? Apakah sesuai dengan ceritamu?”. Hanya berkomentar dalam hati saja. Tidak berani kukatakan terus terang. Takutnya, komentarku menyinggung perasaan. Mengingat usianya yang semakin menua. Maklum saja! Lha wong dia lebih berpengalaman dari pada aku kok! Yang muda mengalah kumenyemangati diri. Hal itu kulakukan hanya sebatas menghormati ia yang lebih tua 35 tahun dari usiaku sekarang. Andai saja ia seusiaku, mestinya berucap terus terang akan perkataan yang kuungkapkan didalam hati. Kutakut jika tak kuungkapkan dengan terus terang, hati ini tertimbun gumpalan penyakit yang bernama dengki. Sekali lagi, demi menghormati yang “tua” tak apalah. Toh itu demi menjaga perasaan pak tua. Aku tak mau menyakiti hati pak tua hanya karena ucapanku. Kuharap, aku diberi ketabahan olehNya.

Sekilas tentang pak tua. Teman-temanku selalu memanggilnya “Paman Step”. Begitu juga denganku! Hampir semua orang yang mengenal dia, pasti memanggil dengan nama itu. Baik itu yang baru kenal dengan dirinya bahkan teman seusianya.

Ia adalah seorang lelaki tua yang masih berpenampilan nyentrik layaknya anak muda. Rambutnya gondrong. Tubuhnya bertatto. Di lengan dan punggung berrajah salib yang dilingkari simbol cinta, sedang kakinya hanya tertera berupa kata “Ract”. Jika aku berpendapat mengenai dia, pastinya paman Step masa mudanya nakal, Rock n Roll dan badung. Terbukti ketika aku melihat album fotonya, ia adalah anak gaul pada zamannya. Rokok, Alkohol dan perempuan adalah bagian yang tak bisa lepas dari kehidupan sehari-hari, waktu itu. Jika kusimpulkan tentang kehidupan masa mudanya, laku hidup yang dilakoni berpedoman pada Al-kitab sedang penuntun hidupnya yaitu Al-Kohol. Tak kalah dengan anak muda masa sekarang. Rock n Roll!!

Ia bapak beranak tiga dan sudah dikaruniai cucu. Putrinya yang bungsu kalau tak salah berusia hampir 16 tahun. Entah dengan anaknya yang lain. Aku tak begitu mengetahui kehidupan rumah tangganya. Pernah suatu ketika bertanya dengan paman Step, berapakah anak paman? Ia tidak menjawab. Tapi setahuku, anak laki-laki dan si bungsu kerap menemui sang papi di kantor meminta uang jatah bulanan. Sedangkan anak yang telah memberinya cucu, adalah anak perempuan. Mungkin putri sulung. Itupun kudengar tanpa sengaja dari pembicaraan orang-orang mengenai dirinya. Ia hampir tak pernah pulang ke rumah. Kesehariannya ia habiskan di kantor. Makan, minum, mandi, tidur, kerja, kencing dan berak pun di kantor. Pengabdian yang luar biasa, tanpa pamrih!

Seorang Lelaki yang terlahir sebagai Nasrani. Tapi tak mau mengakui kenasraniannya. Seorang yang tak mengakui keberadaan Tuhannya. Tapi jika sedang dirundung masalah, dibukalah Al-Kitab –Injil- berharap mendapatkan ketenteraman hati serta berharap menemukan jalan keluar dari kesukaraan yang dihadapi. Pernah, kudengar dan kerap kali ia menahbiskan dirinya sebagai Tuhan Swasta. Itupun ia menceritakan secara vulgar dihadapan teman serta orang-orang dilingkungan kantor. Setelah menahbiskan diri sebagai Tuhan swasta, ia serta merta menunjuk -yang paling kutidak suka- dan mengangkatku sebagai nabi yang juga swasta. Ra sudi!!! Aku punya Tuhan yang tak jelas, berujud dia!

Ia mengklaim bahwa istilah “Tuhan Swasta” tercetus dari mulutnya. Kuluruskan sejarah. Perlu diralat! Yang mempopulerkan istilah Tuhan swasta itu adalah teman-temanku tatkala disuatu malam pada obrolan yang dipengaruhi alkohol. Sejarah munculnya istilah “Tuhan Swasta” bermula dari sebuah obrolan mengenai UU NO 01 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Ada salah satu pasal yang tidak aku sependapat. Dalam undang-undang itu, menurut analisisku hanya diperuntukkan bagi salah satu agama tertentu saja! Pertanyaan yang mendasar dari ketidaksepakatanku adalah; bolehkah manusia yang tidak seiman atau seagama menikah? Sahkah? Mengingat orang tua berbeda agama, status Haram atau halalkah si anak itu? Undang-undang tak menjawabnya secara gamblang dan terperinci. Bermula dari situlah asal mula munculnya istilah KUA (Kantor Urusan Agama) swasta, MUI (Majelis Ulama Indonesia) swasta, semua lembaga yang menaungi beraneka agama di swastanisasi. Termasuk Tuhan, juga swasta! Ini langka! Hanya ada di imajinasi orang Indonesia.

Ia begitu fasih menjelaskan apa, kenapa, mengapa, bagaimana ia menjadi seorang Atheis? Pencela nomor wahid! Bercelotehlah ia dengan berbagai dalil yang entah ia kutip dari mana? Menurutku apa yang ia jelaskan tidaklah logis. Mungkin hanya orang bodoh saja yang bisa mencerna dan memahami dalil beserta alibinya. Taruhan! Halah, paling jika mengalami kesusahan lagi, pasti ia akan membuka Injil. “Bapa kami yang disurga dikuduskanlah namamu.. datanglah kerajaanmu.. dibumi bagaikan disurga… dan seterusnya hingga selesai. Amien”. Itulah azimat-azimat yang dilantunkannya. Berkeluh-kesahlah dengan Tuhanmu, paman. Mintalah tobat padaNya. Percayalah semua Tuhan maha pengampun. Halleluyah! Halleluyah!! Haleluyah!!! Puji Tuhan dengan segala ciptaanNya.

Jika dihitung tahun, aku baru mengenal kurang lebih 2 tahun. Terkadang aku berpikir, apakah teman-temanku yang lebih lama mengenal dia mengalami hal serupa denganku? Andaipun iya, kuyakin telinganya sudah menebal! Namun sayang, teman-temanku tak mau berbagi tips denganku tentang bagaimana kiat-kiat untuk menghindar dari segala sumpah serapahnya. Memang sial jika tak tahu karakter pak tua itu. Apalagi aku baru 2 tahun mengenal dia. Sialnya, jika aku sedang bercakap-cakap pasti mereka (baca;teman-temanku) merasa senang. Sebab baginya, aku salah satu dari sekian banyak dari teman-teman yang terjerat doktrin-doktrin serta omong kosong dari si pak tua yang mahir berbicara itu. Eits, aku masih bisa mencerna, memilah kata-kata bombastisnya. Seperti biasa aku hanya pura-pura termanggut-manggut mendengar segala obral cerita beserta ceramahnya. Padahal aku telah menyumpal telingaku rapat-rapat. Jika masih terdengar maka sesegera aku mengeluarkan dari telinga kiri. Aku tidak sebodoh yang kau kira bung!

Sepertinya pak tua itu seorang yang intelek dan berpendidikan. Kudengar dari ceritanya, ia sarjana lulusan Universitas negeri terkemuka di Yogyakarta. Ia menyandang dua gelar kesarjanaan sekaligus, gelar yang satu lagi jebolan dari salah satu universitas swasta terkemuka di kota yang sama. Pernah aku menuliskan curriculum vitae-nya. Riwayat pendidikannya begitu bagus dan handal. SD hingga SMA ia tempuh di salah satu sekolahan elit milik TNI AU. SMA-nya ia pernah meralat. Ngakunya, alumni dari salah satu sekolahan Katholik elit di bilangan Demangan Yogyakarta. Entah mana yang benar? Aku tak tahu! Aku hanya menuliskan saja. Aku hanya berdecak kagum, pintar betul orang ini. Ia gemar sekali menuntut ilmu. Baginya, tuntutlah ilmu sampai setinggi langit. Konon ia pernah kuliah di Denver, salah satu universitas terkenal di USA. Pernah kuliah di Australia, Russia, Peru, Swiss dan terakhir tahun 2004 paska bencana tsunami di Aceh, ia pernah kuliah di Kobe Jepang selama 18 bulan belajar cara penanggulangan bencana gempa. Hebat betul orang ini, apa tidak jebol otaknya? Jika kutanya darimana biaya kuliah ke luar negeri? Jawabnya “Yang pasti bukan dari beasiswa Pemerintah Indonesia! Kudapat dari Negara asing”. 4 jempol buat paman Step!! Jika memang benar!!

Mengenai pekerjaan, ia pernah menjadi anggota Intelejen Negara. Operasi yang pernah melibatkan dirinya yaitu operasi Seroja di Timor-Timur (sekarang Timor Leste), dan masih banyak lagi operasi intelejen yang paman Step ikuti. Diceritakanlah suka-duka ketika turut serta dalam operasi Seroja di Timor-Timur. Katanya, ia pernah tertembak oleh pejuang kemerdekaan Timor Leste. Laksana seorang patriot dengan rasa nasionalisme yang tinggi, ia selalu bicara berapi-api. Terlalu bersemangat! Membanggakan diri atas partisipasi dalam operasi itu. Selalu diceritakan berulang-ulang. Namun herannya, hingga saat ini ia tak pernah menunjukkan bagian mana luka tembak yang mengena tubuhnya. Pernah secara sembunyi-sembunyi kuamati ketika ia telanjang dada. Kulihat secara seksama di setiap lekuk tubuhnya. Hingga saat ini, sama sekali tak kutemukan ataupun terlihat tanda-tanda bekas luka tembak ditubuh kurusnya. Hanya ada tattoo yang telah meluntur terlihat dipunggung dan kaki. Tak ada bekas jahitan dikulit atau tanda-tanda lain, sama sekali tak membekas! Apa mungkin ia tertembak di sekitar selakangan? Pikirku. Mungkin saja. Hanya Tuhan yang Tahu.

Masih dengan ceritanya. Ia pernah bekerja di PT Newmont Indonesia di Nusa Tenggara Timur sebagai peneliti di PT tersebut. Untuk masalah pekerjaan yang lain, ia tak banyak bercerita denganku. Yang pasti, pengalaman kerjanya seabreg.

Kuakui secara teoritik ia pintar dan cerdas. Arti Pintar disini, yakni aku tak mengerti maksud dari kata-katanya. Teori A sampai Z pun ia terjemahkan, aku juga tak kunjung mengerti teori dan bahasanya. Mungkin saja aku terlalu bodoh, tak mampu mengimbangi pola pikir orang sejenius paman Step. Saking jeniusnya, jika aku sering bertanya? Ia selalu mengalihkan pembicaraan yang lain, padahal topik pertama yang diperbincangkan belum terselesaikan. Begitulah jika aku terus mencecar pertanyaan yang menjadi topik bahasan dalam pembicaraan. Tapi jika aku dan teman-temanku mengobrol ia selalu saja nimbrung dalam perbincangan itu. Dengan pengetahuannya yang maha luas, lagi ia bercerita. Jika ada yang berani menyanggahnya. Maka dia akan akan berkata “Kamu itu tahu apa?” Bla..bla..bla..dan bahkan kerap kali menggoblok-goblokkan lawan bicaranya. Aku dan yang lain hanya memaklumi, dia kan serba tahu atau jangan-jangan sok tahu. Ah embuhlah! Diakan seorang Tua yang jenius. Selalu benar dengan ucapannya. Sabda 25 nabipun tak sanggup mengalahkan kebenaran kata-kata paman Step. Seakan-akan, 2 milyar manusia dibumi ini, dialah yang selalu dan paling benar dengan segala perkataannya. Andai saja saat ini kita hidup di Zaman Jahiliyah mungkin dan bisa jadi paman Step-lah nabi terakhir dimuka bumi ini. Bukan Muhammad! Sejarah akan berkata lain, Nabi terakhir berasal dari Indonesia, tepatnya dari pulau di Timur Indonesia.
Siapa yang berani mendebat dia? Atau berdebat dengannya?

***

Banyak kisah yang menarik jika menceritakan tentang tingkah laku paman Step. Salah satu kisah lucu terjadi saat temanku menyindir bau keringat paman Step. Semula temanku hanya mengingatkan bau keringat yang bersumber dari ketiak paman Step. Saran dari temanku terkesan menyuruh. “Mandi paman! Bau, keringatmu” temanku mengingatkan. Tapi yang terjadi justru temanku mendapat respon yang tidak baik. “Heh aku tuh ya sering menjaga kesehatan, 1 hari saya mandi 5 X” dengan nada keras ia menghardik. Kebetulan aku juga belum mandi waktu itu. Kalau aku sich cukup 2 kali mandi dalam satu hari. Tapi seringnya dalam sehari mandi Cuma 1 kali, itupun diwaktu pagi. Pernah dalam satu hari bahkan lebih, temanku mencoba menghitung berapa ia kali mandi. Temanku hanya bermaksud menguji kebenaran kata-katanya. Ternyata jauh dari fakta, ia hanya mandi 1 kali sehari. Namun seringkali ia jarang mandi. Disindirlah paman Step “lho paman, katanya mandi 5 kali sehari? Kok hari ini sama sekali belum mandi?”. Paman Step hanya simpel menjawab “Wah saya sedang, tidak enak badan!” katanya sembari menutupkan tubuhnya dengan selimut. Perasaan jika kuingat sedari siang Paman Step tidak terlihat sakit, buktinya ia masih kuat mengendara Vespa dan berkelakar dengan teman-teman sekantor. “Ehm, berpura-pura sakit” Gumamku. Hingga saat ini, ejekan dan saling sindir semakin ngetrend diantara teman-temanku. Jika ada yang ketahuan belum mandi. “Baunya seperti Paman! Mandi gih sana!” sembari menutup hidung. Bermula dari kejadian itulah anekdot dan sindiran itu muncul lalu menyebar di lingkungan kantor.

Hal paling menarik yang pernah aku alami bersama paman Step adalah tentang ramalan dan zodiak. Ketika itu aku membaca sebuah buku; Rahasia Tanggal Lahir & Tubuh Manusia karya Nino Zenjaya, yang kupinjam dari seorang teman. Aku sedang asyik membolak-balikkan halaman dan kemudian mencocokkan tanggal lahirku berdasarkan dari ramalan buku itu. Tiba-tiba ia menyuruhku untuk membacakan zodiak bulan kelahirannya. “apa Zodiak paman? Tanyaku. “Libra! Tolong bacakan Le.” Celetuknya. “Baik paman!” balasku tak berani membantah. Dengan amat sangat terpaksa aku membacakan zodiak Libra. Kubaca keras-keras zodiak berlambang timbangan itu.

“Zodiak paman Libra, artinya Libra itu menyukai 5K yaitu; Keadilan, Kedamaian, Keindahan, Keseimbangan, dan Keanggunan. Dia merupakan sosok yang menawan, cerdas, baik, lembut teratur, memiliki wawasan luas, dan mampu mengakomodasi keadaan” baru alenia pertama kubaca, ia sudah menghentikan apa yang kubacakan untuknya. Ia menyela dan kemudian bercerita dengan bangga.

“Ya.. itu memang saya banget! Aku itu yo le, suka dengan Keadilan, saya itu cinta damai, suka Keindahan dan seni. Saya juga menyukai tentang harmoni”. Ia berhenti sejenak lalu menyeruput kopi dan melanjutkan bercerita.” Di bidang seni, saya apa saja bisa! Misalnya dalam musik saya pintar membuat lagu, saya juga pintar membuat puisi dan berpuisi” Aku memotong, ceritanya yang belum selesai. “Paman, Tolong bacakan selarik puisi untukku!”. Ia terlihat gelabakan dan bingung dengan permintaanku itu. Mulutnya tercekat tanpa sepatah kata yang dirangkai dalam sebentuk puisi yang kuminta. “lho paman katanya pintar membuat dan berpuisi” sindirku. Lagi ia beralibi “Lho iya, saya pintar berpuisi, saya juga sering menang lomba baca puisi” “Lalu mana puisi yang paman bacakan untukku?” kupotong alasannya agar ia tidak lebih banyak bicara dan mengalihkan pembicaraan. “Si Burung Merak” ia berusaha membacakan puisi, tapi selanjutnya tak juga dibacakan. Ia malah mengalihkan pembicaraan ke topik yang lain. Anak SD pun tahu kalau si burung merak itu karya dari WS. Rendra. Gerutuku.

Ia terus bercerita dan aku tak menghiraukan. Malah aku melanjutkan membaca buku ramalan berzodiak Libra. Pada alenia terakhir kusempat tersenyum kecil, terkekeh menyindir si empunya zodiak. Di alenia terakhir itu menyebutkan “…..Libra dikenal sebagai penengah dari setiap kontradiksi. Dia populer sebagai peace maker. Namun jeleknya, jika perlu, Libra akan berbohong, bermuka dua, dan bahkan merendahkan diri agar mencapai 5K (Keadilan, Kedamaian, Keindahan, Keseimbangan, dan Keanggunan) yang selalu diimpikannya”. Dalam hati bergumam, jangan-jangan apa yang semua ia ceritakan itu adalah khayalannya saja. Atau jangan-jangan dengan Kebohonganlah ia akan mencapai tujuan yang ia hendaki. Pandai juga ia bermain dua peran. Aku tertawa kecil. Ada benarnya ramalan itu, jika merunut cerita-cerita yang dikarang. Bukan bermaksud suudzon. Pernah ia bercerita pada tanggal, bulan dan tahun yang sama ia mengisahkan tentang kejadian berbeda yang ia lakoni. Itulah alasan pertamaku tidak percaya dengan segala ceritanya. Aneh bukan?! Sungguh ironis.

Banyak kisah menarik jika berbaur bersama. Takkan pernah habis menceritakan kisah hidup paman Step. Baik itu aku, teman-temanku, dan juga teman-teman paman Step yang lain. Pastilah mempunyai kisah tersendiri jika bercerita tentangnya. Banyak versi cerita mengenai dia. Ia memang kontroversial. Jika aku bercerita tentang A, teman-temanku bercerita yang sama tapi menggunakan versi B. Aku hanya menanggapi ceritanya sebagai lelucon. Penghibur diri, maklum lama tak tertawa!

Hari-hari pun berlalu. Paman Step masih bercerita. Mendongeng dan berbagi kisah tentang lakon hidupnya. Sudahlah paman, lanjutkan saja hidupmu. Aku sudah lelah mendengar semua yang kau ceritakan. Aku akan melanjutkan cerita hidupku sendiri. Tak perlu lagi mendramatisir untuk menjadi cerita-cerita indah. Cerita yang di ulang-ulang. Itu-itu saja. Monoton. Tak perlu lagi mendongeng! Di setiap pagimu, duduklah dengan tenang dikursi goyang. Indahkan hari-harimu sambil membaca koran lalu dongengilah anak cucumu. Kau sudah lelah, istirahatlah pak Tua.




Taman Hidup 27 Oktober 09

Tidak ada komentar: